Reptil dan Arthropoda
Selain itu, banyak juga reptil yang tumbuh subur di lingkungan gurun, termasuk beberapa spesies ular, kadal bahkan buaya di tempat yang cukup air. Beberapa spesies arthropoda juga ada, seperti kumbang kotoran, kumbang scarab, kalajengking "pembunuh maut", dan banyak jenis semut.
Sedangkan bagian gurun yang paling gersang sama sekali tidak memiliki kehidupan tanaman. Namun di daerah oasis, seperti Lembah Nil, mendukung berbagai macam tanaman, termasuk pohon zaitun, pohon kurma, dan berbagai semak dan rerumputan.
Sahara adalah gurun panas yang terbesar di dunia dan mencakup hampir sebagian besar wilayah dari Afrika Utara. Walaupun sudah terkenal, nyatanya tidak banyak orang yang mengetahui terkait dengan fakta di balik Gurun Sahara ini.
Fakta-fakta tersebut tentunya dapat membuat Anda tercengang dan menambah pengetahuan terkait dengan Sahara. Apakah Anda ingin mengetahuinya lebih jauh lagi? Tentunya Anda harus membaca ulasan ini hingga selesai.
Tempat terbaik untuk Stargazing
Mengamati bintang di Gurun Sahara adalah salah satu pengalaman luar biasa yang dapat Anda nikmati. Wilayah yang dipenuhi dengan berjuta mil tanah tandus ini menawarkan kondisi ideal untuk pengamatan bintang, di mana polusi cahaya yang minimal atau bahkan tidak ada, memungkinkan langit malam bersinar dengan kejelasan yang luar biasa.
Ketidakberaturan lahan gurun menciptakan latar belakang yang gelap dan hampir bebas gangguan cahaya buatan, memungkinkan Anda menyaksikan seluruh keindahan alam semesta yang terhampar di atas kepala Anda. Pemandangan malam di Gurun Sahara memungkinkan Anda melihat lebih jauh ke dalam ruang angkasa, menyaksikan gemerlap bintang, planet, dan galaksi dengan intensitas yang memukau. Pengalaman ini memberikan perspektif unik tentang kebesaran kosmos dan keindahan langit malam yang seringkali sulit ditemui di daerah dengan polusi cahaya yang tinggi.
Kota-kota di Gurun Sahara: Penduduknya penganut Islam Ibadi yang 'bertoleransi tinggi' hingga larangan 'selfie' bagi turis
Sumber gambar, Simon Urwin
Membentang hampir seluruh wilayah Afrika Barat
Gurun Sahara membentang hampir ke seluruh wilayah Afrika Barat dan mencakup sejumlah besar negara. Gurun ini membentang di sepanjang sebelas negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Gurun Sahara memiliki cakupan geografis yang sangat luas, memainkan peran integral dalam membentuk iklim dan ekosistem di wilayah tersebut. Pasir gurun yang luas, dataran tinggi berbatu, bukit pasir, dan pegunungan adalah beberapa dari beragam karakteristik topografi yang dapat ditemui di Gurun Sahara, menciptakan lanskap yang kaya dan kompleks.
Gurun ini tidak hanya memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan setempat, tetapi juga memegang peranan penting dalam sejarah dan budaya Afrika. Gurun Sahara menjadi saksi perjalanan berabad-abad manusia, serta memberikan warna unik dalam kehidupan sehari-hari dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Keberagaman geografi dan sejarahnya menjadikan Gurun Sahara sebagai wilayah yang sangat menarik dan berarti dalam konteks Afrika dan dunia secara lebih luas.
Fakta Menarik Gurun Sahara
Berikut ini beberapa fakta menarik yang harus Anda ketahui terkait dengan Gurun Sahara:
Itulah beberapa fakta menarik terkait dengan Gurun Sahara yang nantinya dapat menambah pengetahuan Anda. Sebagian dari Anda tentunya sudah sering mendengar terkait dengan Sahara, tetapi fakta-fakta menarik apa saja yang ada di dalamnya juga perlu Anda ketahui supaya membuat Anda lebih mencintai terkait dengan keindahan dunia.
Tradisi melebihi perdagangan
Dewan agama sejak lama memegang kendali atas Lembah M'Zab. Setiap majelis di lembaga ini berisi tokoh-tokoh kunci komunitas termasuk imam, muazin (yang mengajak Muslim untuk salat), dan seorang guru madrasah.
Di Beni-Isguen, kota yang paling konservatif, dewan mengambil keputusan untuk berbagai masalah spiritual dan moral.
"Baru-baru ini, beberapa pedagang ingin mengubah beberapa bangunan di alun alun menjadi toko. Dewan melarangnya karena mereka melihat alun-alun sebagai tempat kohesi sosial," kata Meghnine.
"Di mana pun di dunia ini pasti penuh dengan toko suvenir, tapi di sini tetap menjadi tempat yang tenang untuk datang dan duduk bersama keluarga Anda dan untuk mengenal tetangga Anda.
"Bertemu di alun-alun dianggap suatu keharusan. Bahkan ada pepatah lokal bahwa 'siapa pun yang tidak datang pasti sakit atau tidak bisa membayar utang'," ujar Maghnine.
"Jadi dewan agama membuat keputusan untuk membantu menjaga komunitas tetap kuat. Itu lebih penting daripada uang," ucapnya.
Sumber gambar, Simon Urwin
Apakah Ada Kehidupan di Gurun Sahara?
Meskipun kondisi Sahara yang keras dan gersang, banyak spesies tanaman dan hewan yang tinggal di sana.
World Wildlife Fund mencatat, ada sekitar 500 spesies tumbuhan, 70 spesies mamalia, 90 spesies burung, 100 spesies reptil dan banyak spesies laba-laba, kalajengking, dan arthropoda kecil lainnya hidup di Sahara.
Unta adalah salah satu hewan paling ikonik di Sahara, meskipun nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara.
Unta, juga dikenal sebagai "kapal gurun", beradaptasi dengan baik dengan lingkungan Sahara yang panas dan gersang, menurut Kebun Binatang San Diego. Punuk di punggung unta menyimpan lemak, yang dapat digunakan untuk energi dan hidrasi di antara waktu makan.
Unta menyimpan energi dengan sangat efisien sehingga mereka bisa bertahan lebih dari seminggu tanpa air dan beberapa bulan tanpa makanan.
Melintasi 10 Negara
Foto: Peta Gurun Sahara (internetgeography.net)
Gurun Sahara mencakup 9,2 juta km².
Dengan luas total 8% dari luas daratan bumi, Sahara melintasi 10 negara.
Negara-negara tersebut adalah Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, dan Tunisia.
Kekuatan dari persatuan
Berabad-abad yang lalu, orang-orang Mozab beralih dari mazhab Islam Mu'tazila ke mazhab Islam konservatif Ibadi.
Lembah M'Zab sekarang menjadi satu dari tiga komunitas Ibadi yang penting di kawasan Afrika Utara. Dua lainnya adalah Djerba di Tunisia dan Jebel Nafusa di Libya.
"Pengikut mazhab Ibadi dikenal karena solidaritas dan toleransi di antara komunitasnya," ujar pemandu lokal bernama Elghali Laggoun.
"Secara historis, mereka selalu hidup berdampingan dan bekerja sama dengan baik dengan orang lain.
"Di masa lalu, mereka menyerahkan gembala mereka kepada orang Arab di luar tembok kota. Tidak seperti komunitas Arab, orang-orang Mozab tidak terlahir menjadi gembala.
"Begitu pula, mereka akan pergi ke komunitas Yahudi untuk membeli barang tembaga dan perhiasan," kata Laggoun.
"Kelompok orang keturunan Yahudi masih tinggal di lembah ini. Ada pula sebuah gereja Kristen yang berdiri tegak di kawasan ini.
"Untuk bertahan hidup di gurun, Anda butuh kekuatan yang timbul dari persatuan berbagai kelompok. Prinsip itu sangat dipercayai semua orang di M'Zab," ujar Laggoun.
Salah satu penganut mazhab Ibadi yang paling terkenal di kawasan ini adalah pemimpin agama Sheikh Sidi Aissa. Makamnya yang mencolok berada di pemakaman Melika.
Sumber gambar, Simon Urwin
Permukiman berusia berabad-abad
Jika sekelompok warga Aljazair tinggal di daerah yang 'tidak bersahabat', permukiman di barisan puncak bukit yang luar biasa indah terdapat di pinggiran sisi utara Sahara.
Kawasan ini dikenal sebagai lima kota dengan benteng pertahanan bersejarah di Lembah M'Zab.
Kota-kota ini juga kerap disebut dengan terminologi Pentapolis.
Benteng-benteng megah berusia berabad-abad ini dibangun di sepanjang Wadi Mzab, sebutan untuk dasar sungai yang kering sebagian dan yang airnya hanya naik sekali setiap tiga hingga lima tahun.
Pentapolis terdiri dari El-Atteuf, yang tertua dan didirikan tahun 1012. Tiga lainnya adalah Melika, Bounoura, dan kota suci Beni-Isguen.
Yang terakhir adalah Ghardaïa (tampak dalam foto), yang merupakan permukiman utama dan pusat bisnis di Lembah M'Zab.
Pada tahun 1982, M'Zab dijadikan situs Warisan Dunia oleh Unesco karena budaya dan arsitekturnya yang sangat khas.
"Yang membuat tempat itu begitu istimewa adalah kombinasi unik, yaitu penduduk asli Afrika Utara dengan kepercayaan Islam Ibadi. Merekalah yang membangun rumah benteng di tengah gurun," kata pemandu lokal Khaled Meghnine.
"Tidak ada tempat seperti itu di Aljazair maupun di belahan dunia lainnya," ujar Meghnine.
Sumber gambar, Simon Urwin
Rumah bagi populasi modern yang berjumlah lebih dari 360.000 orang, kota-kota di Lembah M'Zab didirikan oleh Mozabites, suku semi-nomaden yang bertutur dalam bahasa mereka sendiri, yaitu Tumzabt.
Orang-orang Mozab telah menjelajahi lembah ini sejak sekitar abad ke-8. Namun karena wilayah itu semakin kering, mereka memutuskan untuk menetap dan beradaptasi dengan lingkungan yang keras.
Suku ini membangun kota mereka antara abad ke-11 dan ke-14.
Masing-masing permukiman itu berpusat di sekitar masjid dengan menara yang difungsikan untuk memanggil jemaah sekaligus mengawasi keamanan.
Di dasar lembah, orang Mozab membangun kebun palem yang juga berfungsi sebagai pelarian mereka dari panasnya musim panas.
"Sungguh luar biasa bagaimana mereka berhasil berkembang sebagai komunitas dalam iklim yang tidak ramah seperti itu," kata Meghnine.
"Itulah mengapa banyak orang menghargai budaya orang Mozab. Budaya itu bertahan melawan rintangan selama lebih dari seribu tahun. Mereka melakukan semua yang mereka bisa untuk bertahan hidup dan tetap kuat."
Sumber gambar, Simon Urwin
Di setiap kota, komunitas Mozab membangun jalanan yang padat. Bagian jalan yang tersempit hanya cukup menampung keledai yang membawa barang. Sementara itu, jalan raya utama dari dan ke pasar dibangun agar dapat dilalui unta.
Rumah batu khas orang-orang Mozab berbentuk kotak. Sebuah ruang untuk seekor kambing dibuat di dalamnya.
"Selain listrik yang masuk pada akhir dekade 1950-an, kehidupan di berbagai episentrum sejarah ini tidak banyak berubah dan banyak orang menyukai fakta itu," kata Meghnine.
"Etika mengantre di pompa air tetap sama. Anak-anak didahulukan, baru perempuan dan laki-laki. Begitu juga kebiasaan mengecat dinding luar rumah dengan warna biru untuk mencegah nyamuk dan menjaga kesejukan ruangan. Itu berlanjut hingga hari ini," ucapnya.
Kebiasaan tak tertulis lainnya adalah para perempuan yang menghabiskan banyak waktu di halaman rumah yang berdinding tinggi, yang menjaga privasi mereka.
"Di Beni-Iguen, kebiasaan para perempuan itu dapat dilihat dari menara masjid. Jadi orang luar dilarang memasuki kota atau menaiki menara setelah salat subuh. Ini memastikan perempuan masih bisa melakukan aktivitas tersebut tanpa terlihat," kata Meghnine.
Sumber gambar, Simon Urwin